Selasa, 23 Agustus 2016


Berikut hasil pelatihan guru sasaran bahasa indonesia SMA kurikulum 2013 
DOWNLOAD

Selasa, 14 Oktober 2014

Pemuncak Pertiwi 

Wahai ujung tertinggi taman pertiwi
Dalam genggammu tertitip cahaya
Cahaya dalam kelabu berjuang tak berdasar
Dalam bawah kau cari pengkabulan
Doa kau jadikan permainan
Doa kau jadikan perjudian
Doa kau hiraukan dalam fajar
Dalam akhir embun mengering menyesal
Tak lebih seperti angin berbunyi kejauhan
Wahai sang pemuncak pertiwi
Kami tak harap koin berceceran
Tak harap roti bertaburan
Kami harap ketenangan jiwa, tenang timbangan sejajar rata
Puncak bukan kesenangan dan perjudian
Puncak adalah kesusahan kehancuran

Namun puncak adalah buah kemanisan, jika pertiwi dalam keindahan

Senin, 28 Juli 2014


~Rikki Faisal~

Siapa yang tak kenal televisi? -- Media hiburan yang sangat digemari diberbagai kalangan dan strata sosial. Daya tarik televisi sangat kuat di masyarakat Indonesia: sudah menjadi hal yang wajib keberadaan televisi dalam setiap rumah, mereka berdalih jika tidak ada televisi di rumah serasa kurang sempurna -- mereka merasa bahwa televisi adalah jendela dunia; televisi adalah alternatif pilihan hiburan murah; serta telivisi merupakan pencarian informasi terkini agar selalu update mengenai berita di seluruh dunia. Akan tetapi satu hal yang tak tersadarkan: televisi merupakan alat penglalai manusia dalam beribadah, alat penyebaran berhala dan panutan baru, dan alat penggoyah aqidah. Tayangan televisi pada sejatinya mengajarkan manusia mengenai hal-hal yang negatif: yang dapat menjauhkan diri dari Allah dan agama. Dimulai tayangan yang mengajarkan tentang indahnya pacaran sampai indahnya budaya kehidupan yang bebas -- padahal pada kenyataannya dunia semacam itu hanya khayalan semata -- Banyaknya para remaja yang terpengaruh akan film sangat memprihatinkan: pergaulan bebas, pacaran, style, dan gaya hidup yang glamor. 
Remaja di zaman ini lebih memilih untuk berhura-hura untuk label gaul daripada mengkaji dan berzikir; lebih suka merias agar terlihat pantas dimata manusia tanpa memperdulikan terlihat pantas dihadapan pencipta -- ketika yang dicari kepantasan akan penilaian manusia, maka sejatinya menggoda sesama manusia; sebagian besar remaja mengungkapkan bahwa pacaran merupakan hal yang wajar dan lazim -- pacaran merupakan sebuah hal keharusan -- banyak yang berdalih bahwa mereka mencintai karena Allah, tapi kecintaan karena Allah tidak akan melegalitasi larangan Allah -- dalam pacaran tak akan selamanya hanya berpegangan tangan atau berhijab -- tak jarangan juga dalam berpacaran mereka sering menyeketuan Allah dan Rasull (mencintai sesama mahluk melebihi apapun) sehingga menabrak norma dan aturan Allah dalam menunjukan kecintaannya tersebut. Ketika mendapat kecewa kareana berbagai alasan: putus atau diduakan setelah semua diberikan; hanya prustasi dan depresi yang mereka rasakan tanpa bisa berserah dan kembali kepada-Nya; remaja seringkali mengidolakan bintang atau manusia yang sering tampil di layar kaca bukan berdasarkan kadar keimanan, akan tetapi kadar kepribadian, kualitas acting, kekekaran tubuh, dan bahkan kadar wajah yang menawan -- seringkali mereka mengidolakan dengan berlebihan atau fanatik, yang ada di dalam dirinya hanyalah tentang sang idola dari mulai kebiasaan, style, hingga semua tentang idola menjadi panutan.
Beritapun seringkali dianggap sebagai acara telivisi yang mendidik karena memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai fenomena dunia; namun paradigma tersebut harus secepatnya ditepiskan, banyak berita yang menayagkan mengenai pembunuhan dengan berbagai cara, jika itu diresapi ulang maka sebenarnya satu-satunya informasi yang didapatkan oleh sang konsumen adalah tetang cara membunuh.
Coba renungkan lebih mendalam lagi mengenai acara-acara televisi, sebenarnya banyak hal serupa yang menanamkan paradigma buruk kedalam otak remaja dan anak-anak.
Maka alangkah bijaknya apabila kita mampu menekan penggunaan televisi pada anak ataupun remaja dan memperkenalkan mengenai aqidah serta kisah sejarah yang sebenarnya, agar setiap anak dan remaja mempunyai mentalitas yang kuat dalam membangun peradabadan, tidak terpengaruhi oleh acara televisi yang notabanenya dapat menghancurkan kepribadian dan aqidah.

Kamis, 24 Juli 2014

~Rikki Faisal H~
Permasalah adalah sebuah hal yang selalu mengintai kita -- siapa saja yang hidup di dunia pasti memiliki sebuah masalah.
Masalah-masalah yang kita hadapi sebenarnya telah dijanjikan Allah -- terukir dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 155
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Itulah sebuah kepastian yang Allah janjikan -- ketika kita hidup di dunia pasti kita akan di uji oleh Allah: entah itu diberikan rasa ketakutan dengan bencana yang mengintai, diberikan cobaan kekurangan harta sehingga kita sedikit kelaparan dan kekurangan, ataupun kita diberi cobaan dengan kekurangan jiwa: cobaan dengan kekosongan hati, kesendirian, dan merasa tidak punya siapa-siapa sehingga merasa tak berarti. Seringkali kita salah dalam menapsirkan masalah-masalah -- kita menganggap bahwa masalah adalah kesialan yang berujung dengan menyalahkan Allah SWT; dan sering merasa bahwa Allah itu tak adil -- Kita sering salah dalam mengambil keputusan dalam menghadapi masalah -- berputus asa, prustasi, dan merasa “semua ini tidak benar”, dan yang paling sering, kita merasa bahwa kenyataan ini merupakan sebuah hal buruk yang Allah berikan pada kita. Padahal itu semua pemikiran yang salah, Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah:
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
artinya:
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jaadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (QS. 2:216).”
Sebagai umat Islam sikap yang harus diambil dalam menghadapi persoalan adalah dengan bertawakal, bermunajat, dan berjuang untuk keluar dari sebuah belenggu masalah yang didasarkan pada pengharapan kepada Allah dan dilapisi dengan kesabaran. Kita senantiasa harus selalu berprasangka baik kepada Allah, menanamkan keyakinan bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan kita, kita harus yakin bahwa inilah yang terbaik untuk kita, hanya kita yang bisa menghadapi masalah seperti ini, dengan melewati masalah ini penuh kesabaran dan pengharapan kepada Allah SWT, maka yakini bahwa kita akan menjadi orang YANG MELEBIHI HARI INI: seperti apa yang telah Allah janjikan dalam Q.S Al-Baqarah:155. “Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” seberat apapun permasalahannya -- Permasalahan hati ataupun harta -- senantiasa kita sertakan Allah dalam memecahkannya agar bahagia diakhir kisahnya .

Rabu, 23 Juli 2014

~Rikki Faisal~   

Dunia -- sebuah misteri yang sejatinya sangat menarik untuk di kelitik, sebuah media untuk melenakan diri dari keakuan terhadap Allah S.W.T.
Memanglah demikian realitanya. Banyak orang mencintai hal yang semu belaka -- cinta akan uang, cinta akan jabatan, cinta akan kekasih hati -- akan tetapi kita lupa bagaimana caranya mencintai Rosul dan Allah S.W.T
Kecintaan yang berlebihan terhadap dunia merupakan virus yang mematikan -- yang kini mewabah dikalngan remaja bumi pertiwi -- terutama kecintaan terhadap pasangan lawan jenis (pacar). Paradigma remaja akan kecintaan adalah pengobanan: bahwasanya cinta itu harus berkorban, walaupun pengorbanan tersebut harus menabrak norma yang ada. Hal ini terbukti dari perilaku pasangan remaja yang rela meberikan apapun kepada pasangannya demi untuk mendapatkan label “Cinta yang Tulus” dari pasangannya -- mereka percaya bahwa cinta yang tulus adalah rela berkorban demi menyenangkan hati pasngannya -- “Cinta yang Tulus” ini digapai dengan berbagai cara: dari mulai merayu membuktikan dengan memberikan sesuatu hal sampai meminta menyerahkan seluruh raganya kepada sang kekasih. Ketika mereka sudah mendapatkan apa yang disebut “Cinta yang Tulus” maka hatinya berbunga-bunga dan gembira seakan semuanya sudah sempurna. Satuhal yang mereka lupakan sebenarnya: setiap perbuatan pasti akan dimintai pertanggungjawabannya. Jika kita memilih mencintai pasngan kita melibihi kecintaan kita terhadap rasul dan Allah: maka celakalah kita, karena yang kita dapatkan hanyalah kesejahteraan dunia semata yang terbatas pada waktu.    Lalu bagaimana caranya mencintai Rassul dan Allah, padahal kita sendiri tak pernah melihatnya? Menanamkan kecintaan kepada rasul dan Allah sama halnya ketika kita memupuk rasa kecintaan kepada lawan jenis. Dekatkan diri kepadaNya, baca dan resapi ayat-ayatNya, rasakan keberadaanya, dan lakukan segala perintahnya serta jauhi laranganNya -- itulah kecintaan yang hakiki, kecintaaan yang dibalas dengan abadi, kecintaan yang tulus tanpa harus berkorban dengan hal yang sia-sia. Pintarlah dalam memaknai “Cinta yang Tulus” maka kita semua akan terhindar dari jurang kekecewaan.

Rabu, 14 Mei 2014

~Rikki Faisal~

Salah satu strategi terbaik untuk mengalahkan umat muslim adalah dengan memasukan ideologi-ideologi yang terlihat syar’i padahal sesat — kaum kafir menyadari jika umat muslim di lawan dengan kekerasan hasilnya akan sama: kalah -- karena umat muslim berani mati syahid demi membela agama sehingga tidak pernah gentar dalam berperang melawan kaum kafir dan zalim. Banyak pemikirian yang secara tidak sadar terasuk kedalam pikiran setiap muslim: sebutlah nasionalisme dan demokrasi. Pemikiran tersebut merupakan hal biasa jika dilihat dari sudut pandang islam secara setengah. Terkadang kita bangga karena menjadi warga Negara Indonesia, tanpa pernah sadari bahwa kita adalah seorang muslim. Banyak orang berkoar-koar mengagung-agungkan tanah kelahirnya, tapi kita lupa menyebarkan dan menanamkan Islam didarah kita – dahulu, pilar pembeda diantar manusia hanyalah islam dan kafir, sekarang pilar tersebut berevolusi berdasarkan ras, warna kulit, dan asal daerah. Padahal dahulu kita hidup bersama-sama secara berdampingan dibawah naungan kekhalifahan, walau warna kulit kita berbeda dan negara kita tak sama; yang membedakan hanyalah “kualitas iman terhadap Allah SWT.” Selain itu pemikiran andalan kaum kafir yang lain adalah paham demokrasi. Aritoteles menyebutkan bahwa demokrasi merupakan sebuah system yang baik dari yang terburuk; itu artinya system pemikiran ini hanya baik diantara yang terburuk: bagaimana tidak, system ini merupakan sebuh sistem pemilihan pemimpin dengan menilai dari kacamata manusia saja, padahal sudah jelas, jika kita muslim sejati alangkah indahnya jika pemilihan tersebut berdasarkan kacamata Al-quran dan Al-hadist. Pemikiran-pemikiran tersebut terselundupkan ketika khalifah terakhir menerima kekalahan di austria. Setelah kekalahan tersebut umat islam di serang dari berbagai aspek, salah satuya dari aspek pemikiran, pemeran utama yang menjalankan misi ini adalah bangsa eropa, sebutlah inggris. Salah satu eksekusinya adalah inggris yang mempengaruhi pangeran Arab bahwa kaum Arab lebih hebat dibandngkan dengan Turki (Khalifah terakhir ustmani), disitulah mulai muncul benih nasionalisme bahwa bangsa yang satu lebih baik dibandingkan dengan bangsa lain. Imbas dari dua pemikiran tersebut sangat terasa di dewasa ini, seperti halnya Viking dan The Jack, Malaysia dan Indonesia, yang notabanenya merupakan masyarakat muslim, namun karena mereka beranggapan bahwa nilai harga diri perkumupulan atau negara lebih penting dibandingkan dengan nilai ukuwah islami, maka mereka saling berperang antara muslim, sedangkan Allah sendiri melarang sesama muslim untuk berperang. Ketika kursi kepemimpinan dijadikan sebagai bisnis kelompok atau perorang, itu merupakan imbas dari demokrasi. Dengan demokrasi semua orang bebas memilih, pemilihan tersebut berdasarkan pada nilai-nilai angka ataupun nilai-nilai fisik saja, tanpa memperdulikan nilai mentalitas, aqidah, serta nilai ketaatan kepada sang penipta; maka, pemimpin yang terlahir dari demokrasi ini adalah pemimpin yang mentaati peraturan ketika ada oang yang memperhatikan saja. Berbeda dengan pemimpin yang taat kepada Allah, ketika dia taat kepada Allah maka pasti akan taat kepada Negara walaupun tidak ada orang yang memperhatikannya. Wallahu a’lam bishawab

Jumat, 05 Juli 2013


STORY MOTIVATE

Satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api,
Tapi satu batang korek api juga dapat membakar jutaan pohon.
Jadi, satu pikiran negatif dapat membakar semua pikiran positif..

Korek api mempunyai kepala, tetapi tidak mempunyai otak,
karena itu setiap kali ada gesekan kecil, sang korek api langsung terbakar.
Kita mempunyai kepala, dan juga otak, jadi kita tidak perlu terbakar amarah hanya karena gesekan kecil.

Ketika burung hidup, ia makan semut.
Ketika burung mati, semut makan burung.

Waktu terus berputar sepanjang zaman. Siklus kehidupan terus berlanjut.
JANGAN MERENDAHKAN SIAPAPUN DALAM HIDUP, bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa diri kita.

Kita mungkin berkuasa tapi WAKTU lebih berkuasa daripada kita.
Waktu kita sedang jaya, kita merasa banyak teman di sekeliling kita.
Waktu kita sakit, kita baru tahu bahwa sehat itu sangat penting, jauh melebihi HARTA.
Ketika kita tua, kita baru tahu kalau masih banyak yang belum dikerjakan.

DAN SETELAH DI AMBANG AJAL, KITA BARU TAHU TERNYATA BEGITU BANYAK WAKTU YANG TERBUANG SIA-SIA.

HIDUP TIDAKLAH LAMA, sudah saatnya kita bersama-sama membuat  HIDUP LEBIH BERHARGA